Rabu, 22 Juli 2015

Dibutakan oleh Pendusta

Jaman sekarang ini siapa yang tidak tahu dengan berita? Entah dari internet, televisi, radio, majalah, koran dan sebagainya. Mudahnya dalam penyebaran informasi pada masa sekarang ini meberikan kita sangat banyak kemudahan. Tapi apakah anda dapat memastikan kebenaran dari berita tersebut? Benarkah yang terangkum dalam berita tersebut adalah sesuai dengan kebenaran yang terjadi? Coba pikir kembali.

Di masa sekarang ini kebanyakan (tidak semua) media baik elektronik maupun non-elektronik biasanya lebih mementingkan rating daripada isi dari berita yang mereka sebarkan. Banyak media yang lebih senang menyebarkan sensasi-sensasi yang tidak tentu kebenarannya demi hanya untuk mendapatkan rating yang tinggi sehingga sponsorpun berdatangan. Hal seperti ini tentunya tidak benar. Pasalnya, kita disini menjadi terbutakan dari realita oleh berita-berita dusta. Lalu apa yang harus kita lakukan?

Allah SWT telah mengisyaratkan salah satu tanda akhir zaman ialah banyaknya para pendusta, dan salah satu ciri pendusta ialah orang-orang tersebut ketika mendengar suatu informasi maka akan langsung mereka sebarkan, tanpa ada konfirmasi akan kebenarannya. Maka dari itu kita diperintahkan untuk tabayyun, yaitu untuk mengkonfirmasi kebenaran suatu berita. Dan kitapun bahkan tidak boleh menyebarkan berita yang menjelekkan orang lain, meskipun itu benar. Karena jika suatu berita jelek itu disebarkan, maka jika benar itu termasuk ghibah, dan jika mengada-ada itu merupakan fitnah. Sungguh dua-duanya merupakan dosa yang sangat besar di mata Allah.

Maka dari itu, marilah kita sebagai sesama ummat manusia patutnya saling menjaga kehormatan satu sama lain. Seperti yang diisyaratkan oleh Allah SWT. Barang siapa menutupi aib saudaranya di dunia, maka Allah akan menutup aibnya sampai di akhirat kelak, insya Allah.

Selasa, 30 Juni 2015

Mobilku, Mobilmu, Mobil Kita Semua

Belum lama ini kita dengar berita tentang Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PAN-RB), Yuddy Chrisnandi memerbolehkan pejabat menggunakan mobil dinas untuk mudik. Banyak pro dan kontra yang terjadi atas berita ini. Sebagian besar beralasan bahwa mobil dinas itu ya milik pejabat, dan boleh dipergunakan untuk segala keperluannya. Namun, dari manakah mobil dinas itu berasal? Ya, benar sekali, dari pajak yang kita bayar tiap tahunnya.

Pemerintah membantah ini sebagai tindakan gratifikasi. Tetapi tetap saja, yang digunakan itu uang rakyat. Pejabat dengan enaknya menggunakan mobil dinas yang mewah, sedangkan rakyatnya berdesak-desakan dengan naik bus, kereta, kapal, dan bahkan banyak yang tidak mudik karena kendala biaya atau kehabisan tiket. Banyaknya calo dan penipuan juga mewarnai mudik di Indonesia setiap tahunnya. Inilah derita yang dirasakan oleh rakyat, dan para pejabat kebanyakan tidak mau tahu.

Selayaknya penggunaan mobil dinas untuk mudik tidaklah disarankan. Pasalnya mudik adalah kebutuhan pribadi dan bukan kepentingan negara. Atau mungkin sesekali para pejabat diwajibkan naik kendaraan umum ketika mudik. Lihat aja, sampai di mana mereka bisa tahan dengan hiruk pikuk seperti itu. Panas, menunggu lama, berdesakan, bahan ancaman kriminalitas ada di antara kita.

Namun, apalah daya kita sebagai rakyat. Mungkin selama ini kami sudah terlalu banyak dizalimi sehingg kami sudah kebal. Sudah mati rasa, sudah lelah mengutarakan aspirasi. Toh, kami juga hanya dianggap sebagai angin lalu saja. Yang kuat akan menang, apakah ini negara kapitalis?

Jumat, 26 Juni 2015

Rupiah Oh Rupiah, Akankah Kau Tetap Bertahan?

Siapa yang tidak tahu kabar menurunnya rupiah yang terus berlanjut. Mempermalukan nama indonesia di depan seluruh dunia. Dimana mata uang kita ini semakin tidak ada harganya. Semua barang kebutuhan naik, padahal kebutuhan juga semakin meninggi. Apalagi sekarang ini mendekati hari raya idul fitri yang dirayakan sebagian besar penduduk di Indonesia. Semua orang pasti membutuhkan pakaian baru, dan berbagai macam makanan dan olahan yang nantinya disajikan pada hari raya.

Namun, penurunan rupiah ini memberikan dampak yang sangat besar. Bila tidak segera ditangani, maka perekonomian di Indonesia akan semakin kacau. Bahkan banyak pengusaha yang mengeluh akan hal ini. Barang-barang produksi tidak lagi dapat dimaksimalkan. Bahan baku mahal dan sulit didapat. Hingga banyak yang harus mengurangi produksi bahkan menutup usahanya. Bukankah ini sangat serius? Dampaknya juga akan mengarah kepada para pekerja. Banyak pekerja dirumahkan bahkan diPHK. Bagimana nasib mereka dan keluarganya?

Dari sisi pemerintah, sepertinya tidak banyak bertindak. Bahkan banyak diberitakan bahwa nilai rupiah memang sengaja "dibiarkan" menurun. Hal ini dilakukan untuk bersaing dalam pasar internasional. Lalu, manakah yang lebih penting? Rakyat? Atau pasar internasional? Jika ini berlanjut, pihak asing akan semakin menguasai Indonesia. Segala komoditi akan diambil dan ditawarkan dengan harga yang lebih mahal lagi. Apakah yang dapat kita lakukan?

Salah satu penyebab lain turunnya harga rupiah adalah turunnya angka eksport Indonesia. Mengapa tidak? Banyak sekali perusahaan di Indonesia yang kini merupakan milik asing. Indonesia sudah tidak punya apa-apa. Contoh saja FreePort, kontraknya baru saja diperpanjang. Dan ini berarti kita harus bertahan lagi dalam genggaman asing untuk waktu yang lebih lama. Mungkin hanya Allah yang bisa menolong kita.

Rabu, 24 Juni 2015

Siapa yang Harus Dihormati?

Kembali lagi saya akan membahas tentang kritik terhadap negeri kita saat ini. Yang belum lama muncul bahwa menteri agama kita Drs. H. Lukman Hakim Saifuddin menyatakan bahwa sekarang pada bulan ramadhan, warung makan dan tempat semacamnya seperti restoran dan lain lain diperbolehkan membuka toko pada siang hari dan dilarang menutupinya dengan kain. Alasannya ialah kita sebagai orang yang berpuasa harus menghargai orang-orang yang tidak berpuasa. Bukankah ini sangat menggelikan?

Puasa ittu merupakan sebuah ibadah. Bahkan Nabi Muhammad SAW selalu melarang kita untuk mengganggu ibadah dari agama lain sebagai langkah untuk menghargai mereka. Sekarang malah kita yang beribadah yang harus menghormati orang orang lain. Coba saja kita bandingkan, ketika kita shalat di masjid dan ada orang yang ribut. Manakah yang harus mengalah? Apa kita harus pindah masjid? Lalu misalnya ketika ada ibadah nyepi di Bali. Apakah kita yang harus menjaga ketenangan atau malah mereka yang harus menyesuaikan kita?

Itu pemerintahnya, sekarang rakyatnya. Beberapa waktu lalu, warga Jakarta yang notabennya adalah perokok, meminta haknya. Mereka merasa dikucilkan ketika di tempat-tempat umum. Karena tempat khusus merokok biasanya tidak sama dengan bukan perokok. Mereka menganggapnya sebagai diskriminasi. Sekarang kita pikirkan lagi. Jika mereka merokok di tempat umum, pastinya merekalah yang merasakan nikmatnya rokok. Tapi penyakitnya di bagi-bagi ke semua orang. Apa ini sopan? Berpikirlah lagi, Bung. Kalau ingin enak di tempat umum dan menikmati fasilitas yang sama, ya jangan merokok. Soalnya itu mengganggu kenyamanan orang-orang di sekitar anda. Kalau anda sendiri menuntut kenyamanan ya pikirkan juga kenyamanan orang lain.

Ya, memang tidak ada yang sempurna di dunia ini. Semua orang pasti melakukan kesalahan yang mungkin tidak disadari. Tapi, bukalah mata kawan. Dunia ini harus diperbaiki dari tatanan yang sangat amburadul ini. Seperti kata Bung Karno, "Kita tidak miskin, tetapi di miskinkan. Kita tidak bodoh, tapi dibodohkan. Oleh sebuah sistem". Yuk, mari kita perbaiki sistem negara ini sedikit demi sedikit. Semoga Indonesia bisa tetap jaya.

Senin, 22 Juni 2015

"Angeline", Sebuah Empati atau Hanya Sekedar Pengalih Opini?

Akhir-akhir ini kita sering sekali mendengar berita mengenai Angeline. Seorang gadis kecil berusia 8 tahun yang meninggal setelah diperkosa dan dianiaya. Entah mengapa kasus ini terdengar sangat spesial sehingga banyak sekali media yang memberitakan tentang hal ini. Padahal kasus pembunuhan yang seperti ini sudahlah sangat sering terjadi di Indonesia. Hanya saja tifak banyak yang mengetahui tentang hal ini. Bukankah ini terlihat sangat ganjil?

Memang benar, kasus seperti ini bukanlah hal yang patut untuk disepelekan. Ini adalah kasus yang sangat serius dan menyangkut kemanusiaan. Namun, apakah seharusnya kasus tersebut dibuat meriah sedemikian rupa sehingga menarik banyak simpati publik ? Bukankah seharusnya kasus tersebut diselesaikan bukan hanya disebarkan?

Naasnya, malah banyak berita yang kita lewatkan akibat adanya berita tentang Angeline tersebut. Salah satunya adalah kemarahan Presiden Jokowi soal oknum yang memperlambat dwelling time atau waktu tunggu kontainer yang menyebabkan Jokowi ancam copot menteri. Ketika saya bertanya kepada teman-teman saya, hampir semuanya tidak tahu akan adanya berita ini, aneh bukan? Ini adalah masalah nasional dan seharusnya memang masyarakat mengetahui tentang semua ini. Tapi karena maraknya berita Angeline, berita ini hanya tanyang di salah satu televisi swasta saja.

Ini bukan pertama kalinya terjadi, tidak hanya pada masa pemerintahan sekarang. Bahkan mungkin sejak awal adanya berita televisi di Indonesia, hal ini sudah sering terjadi. Kalau kita menilik ke belakang, seperti kasus Bank Century, kasus KPK vs Polri, kasus pembunuhan terhadap Nasrudin oleh ketua KPK Antasari A dan masih banyak lagi. Keanehannya hampir sama, yaitu tiba-tiba kasus tersebut hilang tanpa jejak dan akhir yang jelas. Semua itu tertutup oleh kasus-kasus baru yang kontroversional dan tidak jelas.

Apakah ini adalah salah satu langkah pemerintah untuk menutup mata kita terhadap apa yang sedang terjadi di negara kita ini? Ataukah hanya sekedar permainan politik belaka? Entahlah, bagaimanapun kebenarannya itu kembali lagi kepada kita semua. Apakah kita menganggap ini sebagai langkah untuk menenangkan rakyat atau mengelabui rakyat. Marilah kita menjad warga negara yang berwawasan luas dan bermata 'melek' terhadap kondisi Indonesia saat ini. Karna mau tidak mau kita harus menerima keadaan ini.